I Yohanes 5:12, “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.“
Yohanes 1:13, “orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.“
Kelahiran kembali tidak hanya memulihkan kita ke dalam kondisi sebelum kejatuhan Adam, namun lebih banyak daripada itu. Pada waktu itu Adam memiliki roh, namun rohnya itu adalah ciptaan Allah, bukan hayat Allah sendiri. Jadi saat itu, Adam belum memiliki hubungan hayat dengan Allah, karena belum menerima hayat Allah. Ia seperti para malaikat yang langsung diciptakan oleh Allah, yang juga tidak memiliki hubungan hayat dengan Allah.
Memang roh Adam berasal dari Allah dan bersifat kekal, namun kekekalannya tergantung pada sikapnya terhadap perintah Allah dan pada pilihan yang dibuatnya (kekekalannya bersyarat). Syaratnya adalah jangan melanggar perintah Allah. Allah berfirman: “Pada saat engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Ini mengacu kepada rohnya. Itu sebabnya ketika manusia melanggar perintah Allah dan memilih makan buah dari pohon pengetahuan, rohnya mati. Jika Adam tidak melanggar perintah Allah, maka rohnya tidak akan mati, melainkan tetap hidup.
Ketika percaya ke dalam Kristus dan menerima Dia ke dalam kita, maka kita dilahirkan kembali dari hayat Allah yang bukan ciptaan, yang kekal, yang adikodrati. Karena kita dilahirkan dari hayat Allah, maka kita memiliki hubungan hayat dengan Allah. Dan hubungan hayat ini bersifat kekal, tidak dapat terputus, tidak ada yang dapat memutuskannya. Iblis tidak dapat memutuskannya, kita pun tidak dapat memutuskannya, bahkan Allah pun tidak dapat memutuskannya.
Seorang anak menerima benih hayat dari bapanya, itu sebabnya ia menjadi anak dari bapanya, inilah hubungan hayat. Hubungan hayat ini tidak dapat diputuskan oleh apa pun dan siapa pun. Katakanlah anak itu nakal senakal-nakalnya, sehingga membuat bapanya marah dan mengusir anak itu, lalu mengumumkan bahwa anak itu sudah tidak dianggap anak. Bahkan pengumuman pemutusan hubungan itu pun tidak dapat memutuskan hubungan hayat antara bapa dengan anak. Ia tetap anaknya walau tidak dianggap sebagai anak. Dan sekali waktu mereka pasti akan saling merindukan untuk bertemu. Inilah hubungan hayat. Hubungan hayat kita dengan Bapa di sorga bersifat kekal. Selamanya kita akan tetap menjadi anak-anak Allah, apa pun yang terjadi. Amin!
Doa: O Tuhan Yesus, terima kasih karena kami memiliki hubungan hayat dengan Bapa di sorga yang tidak dapat diputuskan oleh apa pun dan siapa pun. Selamanya kami tetap akan menjadi anak-anak Allah. Amin!