Kapan saatnya kita Harus Lari

Kapan saatnya kita Harus Lari
Kapan saatnya kita Harus Lari

Dalam artikel sebelumnya, kita belajar tentang Malaikat Tuhan yang menjumpai Hagar dan berkata, “Jangan lari dari masalahmu! Kembalilah dan biarlah engkau ditindas oleh nyonyamu!” Mengapa Tuhan menyuruh Hagar untuk kembali dan jangan meninggalkan Abraham dan Sara? Karena Abraham dan Sara sejauh ini telah menjadi anugerah yang membuat Hagar bisa hidup dan bertumbuh. Bahkan keinginan Tuhan untuk memberkati Ismael yang dilahirkan Hagar pun karena alasan Abraham.

Bila Hagar lari dan tidak terhubung lagi dengan Abraham, artinya ia akan kehilangan anugerah dan Tuhan pun belum tentu memperhatikannya lagi. Dalam kasus ini, Tuhan tidak mengijinkan Hagar untuk lari. Tapi dalam catatan Alkitab, ada kasus-kasus lain di mana Tuhan mengijinkan bahkan mengharuskan atau memerintahkan seseorang untuk lari.

Saya mengemukakan kasus-kasus ini agar semua orang mengerti kapan saatnya untuk lari dan kapan saatnya untuk bertahan, karena ada banyak orang yang tetap diam di satu tempat saat seharusnya lari dan sebaliknya ada pula yang lari saat seharusnya bertahan.

Kapan saatnya kita harus lari?

1. Saat atasan kita ingin mengajak atau menjerumuskan kita ke dalam dosa

“Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: ‘Marilah tidur dengan aku.’ Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: ‘Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?’ Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia. Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorang pun tidak ada di rumah.Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: ‘Marilah tidur dengan aku.’ Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar” (Kejadian 39:7-12).

Yusuf bekerja di rumah Potifar, orang Mesir, dan menjadi kepercayaan tuannya itu. Yusuf tunduk dan taat kepada atasannya sampai sekali waktu isteri Potifar mengajaknya untuk melakukan dosa zinah. Dalam kasus seperti ini, yang harus dilakukan Yusuf adalah: lari! Dia memang taat pada “tuannya” tapi dia harus lebih taat kepada “Tuhannya”

Alkitab berkata, bahwa segala kuasa dan kekuasaan telah ditaklukkan di bawah kaki Yesus. Jadi Yesus adalah atasan di atas segala atasan, bos di atas segala bos, tuan di atas segala tuan. Bila tuan kita ingin menjerumuskan kita untuk melanggar ketetapan dari Tuhan, maka kita harus memilih untuk lebih taat kepada Tuhan dari pada kepada tuan. Inilah saatnya untuk lari!

2. Saat atasan ingin membunuh kita

Maka larilah Daud dari Nayot, dekat Rama; sampailah ia kepada Yonatan, lalu berkata: “Apakah yang telah kuperbuat? Apakah kesalahanku dan apakah dosaku terhadap ayahmu, sehingga ia ingin mencabut nyawaku?” (I Samuel 20:1).

Kemudian bersiaplah Daud dan larilah ia pada hari itu juga dari Saul; sampailah ia kepada Akhis, raja kota Gat. (I Samuel 21:10)

Daud mengabdi kepada Saul dengan segenap hatinya, tidak ada kesalahan apa pun yang diperbuatnya yang membuat dia layak dihukum mati. Tapi Saul ingin membunuhnya dan berusaha keras untuk membunuhnya, karena ia cemburu terhadap Daud. Dalam kasus ini, Daud lari dari kejaran Saul dan Tuhan terus melindunginya.

Bila kita sudah mengabdi dengan tulus di satu tempat, tapi pemimpin kita terus tidak menyukai kita dengan pelbagai alasan dan selalu memiliki niat jahat terhadap kita, saat itulah kita harus lari!

3. Saat mayoritas orang di sana hidup dalam dosa yang terus bertambah

Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap” (Kejadian 19:17).

Lot dan keluarganya tinggal di Sodom, ingat Lot sebelumnya terhubung dengan Abraham, tapi karena dia ingin “lebih sukses”, dia meninggalkan Abraham, padahal Abraham telah menjadi anugerah bagi hidupnya. Perlahan tapi pasti dia kehilangan anugerah karena tidak lagi terhubung dengan Abraham.

Sodom, tempat di mana dia tinggal, hidup dalam dosa yang bertambah-tambah, sehingga Tuhan ingin memusnahkannya. Saat itulah Tuhan memerintahkan Lot untuk lari!

Inilah kapan kita harus lari. Bila tempat di mana kita ada hidup dalam dosa yang semakin bertambah, Tuhan akan menghukum tempat tersebut. Dan sebelum Tuhan menghukum tempat tersebut, Tuhan memerintahkan kita untuk lari!

Baca juga: Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Lari dari Masalah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*