“Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (Kejadian 3:12-13)
Kebiasaan mendasar yang membuat manusia sulit mengalami perubahan adalah melemparkan kesalahan kepada orang lain, bukan menyadari kesalahan dirinya sendiri. Allah bertanya kepada Adam: “Apa yang terjadi?” Adam menjawab: “Ini semua gara-gara perempuan yang Kau tempatkan di sisiku.” Adam melemparkan kesalahan bukan hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada Tuhan.
Lalu Allah bertanya kepada perempuan: “Apa yang sebenarnya terjadi?” Hawa menjawab: “Ini semua gara-gara ular yang memperdayakan aku. Kalau ular tidak memperdaya, aku tidak akan jatuh ke dalam dosa.” Hawa menyalahkan ular atau Iblis.
Itulah yang seringkali kita lakukan. Untuk segala kejatuhan, kita mempersalahkan semua orang di sekeliling kita, kecuali diri kita sendiri. Bahkan kita menyalahkan Tuhan dan Iblis.
Kebiasaan melemparkan kesalahan kepada orang lain untuk segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, adalah kebiasaan buruk yang menghambat kita untuk mengalami perubahan.
Akan lebih baik jika Adam berkata, “Ampuni aku Tuhan, aku bersalah karena tidak melindungi isteriku dari tipu muslihat Iblis.” Dan Hawa berkata, “Ampuni aku Tuhan, karena aku tidak tunduk di bawah perlindungan suamiku, maka aku terpedaya oleh Iblis.”
Berhentilah mempersalahkan orang lain, mengevaluasi diri sendiri dan menyadari kesalahan sendiri itu jauh lebih berguna. Jika itu yang kita lakukan, maka kita akan mengalami perubahan dengan sangat cepat.
Adalah penting untuk selalu menyesuaikan seluruh sudut pandang yang kita memiliki dengan Alkitab. Bahkan suara Tuhan yang kita dengar pun harus berpatokan pada Alkitab. Jika tidak, maka iblis akan mengalihkannya dari Alkitab.
Baca juga: Sudut Pandang Menentukan Pandangan