1 Korintus 6:17, “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.”
Tuhan yang telah bangkit adalah Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45), karena itu kesatuan-Nya dengan orang Kristen adalah kesatuan roh, bukan kesatuan jiwa. Jiwa adalah kepribadian manusia yang alamiah, yang hanya dapat menjadi wadah atau alat untuk mengekspresikan kesatuan roh dengan Tuhan tersebut. Karena kesatuan ini adalah kesatuan roh, maka jiwa tidak ada kedudukan apa pun di dalamnya. Jika roh dan jiwa masih bercampur aduk, kesatuan roh dengan Tuhan ini akan menjadi keruh. Jadi, jika dalam kehidupan kita ada sedikit saja tindakan yang menurut pikiran, opini, atau emosi, itu akan memperlemah kesatuan tersebut dalam aspek pengalamannya.
Secara prinsip, hanya yang sesifatlah yang dapat bersatu secara sempurna. Roh Tuhan itu murni, bersih tanpa campuran sedikit pun. Roh kita pun harus murni, bersih tanpa campuran, baru dapat bersatu padu dengan Dia. Jika kita masih ingin mempertahankan angan-angan yang indah, tidak mau menanggalkan kesenangan diri sendiri, tidak sudi mengesampingkan pendapat diri sendiri demi menanti kehendak Allah, maka tak mungkin kita dapat mengekspresikan kesatuan tersebut dalam aspek pengalaman. Menjadi satu roh dengan Tuhan tidak dapat mentoleransi adanya campuran-campuran yang jiwani di dalamnya. Itu sebabnya pengalaman pemisahan jiwa dengan roh adalah sesuatu yang sangat penting dan mendesak, agar kesatuan roh dengan Tuhan menjadi pengalaman yang nyata dalam hidup kita.
Doa: O Tuhan Yesus, pisahkanlah jiwa dan roh kami, agar roh kami murni tak bercampur dengan pekerjaan jiwa, sehingga kami menjadi satu roh dengan-Mu secara sempurna. Amin!