Kisah Para Rasul 10:9-16 …, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa. … tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi. Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: “Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!” Tetapi Petrus menjawab: “Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.” Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.
Suatu hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa. Dalam doanya, ia melihat sorga terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang berisi pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Semua itu adalah binatang haram yang tidak boleh dimakan oleh orang Yahudi (Im. 20:25), tetapi Tuhan menyuruh Petrus untuk memakannya. Namun, Petrus membantah Tuhan dan tidak mau memakannya karena itu adalah binatang haram. Lalu Tuhan berkata, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah tidak boleh engkau nyatakan haram.” Petrus terus membantah Tuhan, sampai Tuhan harus mengulangi pembicaraannya sebanyak tiga kali.
Ini adalah opini yang berasal dari tradisi dan kepercayaan masa lalu yang terus dipertahankan di hadapan Tuhan. Opini ini menghalangi Petrus untuk mengerti maksud hati Tuhan yang ingin memakainya untuk menjangkau orang-orang bukan Yahudi dengan Injil Kristus, karena pada waktu itu orang Yahudi menganggap orang bukan Yahudi adalah orang kafir, haram untuk bersentuhan dengan mereka. Walaupun pada waktu itu akhirnya Petrus mengunjungi rumah Kornelius dan memberitakan Injil di sana sehingga seisi rumah orang Roma itu bertobat, namun setelah itu, tidak ada catatan lagi bahwa Petrus membawa Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ia kembali kepada orang Yahudi, sehingga Injil berkembang hanya di antara orang-orang Yahudi saja, padahal Allah ingin membawa Injil sampai ke ujung bumi.
Inilah yang menyebabkan Tuhan harus membangkitkan seorang Saulus untuk menganiaya jemaat di Yerusalem sehingga mereka terserak ke bangsa-bangsa lain. Di mana mereka terserak karena aniaya, mereka memberitakan Injil di sana, sehingga Injil dibawa kepada bangsa-bangsa lain selain bangsa Yahudi. Dan kemudian, Tuhan menangkap Saulus dan mengubahnya menjadi Paulus untuk membawa Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Opini yang sudah berurat akar dalam hidup kita, yang seringkali berasal dari tradisi dan kepercayaan kita yang lama, akan menghambat kita untuk menangkap progresifitas wahyu ilahi yang segar dan mengerti maksud hati Allah di dalam doa. Itu sebabnya, semua opini, ide, dan pandangan manusia harus dihentikan dan diletakkan di atas mezbah Tuhan untuk dibakar menjadi abu. Hanya dengan demikianlah kita bisa menjadi pendoa yang menjamah maksud hati Allah. Selama opini masih dipertahankan, kita akan selalu merasa sudah memahami maksud hati Allah, padahal belum menjamahnya sedikit pun. Dan akhirnya, Tuhan harus mencari orang lain yang terbuka untuk menerima dan melaksanakan maksud hati Tuhan yang sebenarnya.
Doa: O Tuhan Yesus, kami meletakkan semua opini yang berasal dari tradisi dan kepercayaan kami yang lama di atas mezbah-Mu, bakarlah sampai menjadi abu Tuhan. Sehingga kami tidak terhalang untuk menjamah maksud hati-Mu bagi gereja. Amin!