PERSOALANNYA BUKAN MELAKUKAN TAPI MAKAN

Kejadian 2:9, “Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.”

2:16, “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

Jika Anda memperhatikan, sejak awal saya telah berusaha membuktikan dari Alkitab bahwa Allah menyatakan diri-Nya sebagai makanan untuk dinikmati oleh manusia. Dari Pohon hayat, daging dan darah Anak Domba, Roti Tak Beragi, Roti Manna, sampai hasil tanah perjanjian. Semua adalah lambang Allah, lambang Kristus sebagai makanan untuk kenikmatan kita.

Jadi sebetulnya, pada dasarnya, Allah ingin kita menerima Dia sebagai pohon hayat untuk kenikmatan kita. Setelah menciptakan manusia, Allah tidak memberikan daftar perintah untuk dilakukan, tapi menempatkan manusia di depan pohon hayat dan berpesan agar berhati-hati tentang apa yang dimakannnya, jangan sampai salah makan. Maksud Allah terhadap manusia bukanlah soal melakukan, melainkan soal makan. Jika manusia makan dengan baik dan benar, maka manusia tidak akan bermasalah.

Ketika pertama kali diselamatkan, kita mungkin segera memutuskan untuk melayani Tuhan, melakukan yang terbaik untuk menyenangkan Dia, dan pergi ke gereja untuk beribadah. Pikiran-pikiran ini, yang sesuai dengan konsep alamiah kita adalah salah. Maksud Allah bukan supaya kita melayani Dia, berbuat baik untuk menyenangkan-Nya, atau menyembah Dia dalam cara agamawi dan ritual. Maksud Allah adalah agar kita makan Dia. Gambaran pertama hubungan Allah dengan manusia bukanlah gambaran pekerjaan, melainkan gambaran makan. Allah menyajikan diri-Nya sendiri kepada manusia dalam bentuk makanan.

Tuhan tidak ingin kita memikirkan tentang cara melayani, menyembah, atau memuliakan Dia, Dia ingin kita menganggap Dia sebagai makanan kita. Dia datang untuk memberikan diri-Nya kepada kita sebagai hayat dalam bentuk makanan. Kita harus menerima Dia sebagai makanan dan memakan Dia. “Siapa saja yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku” (Yoh. 6:57b).

Setelah menerima Dia, persoalannya tidak berhubungan dengan pekerjaan, pelayanan, atau penyembahan, tetapi dengan makan. Bagaimana kita makan? apa yang kita makan? Berapa banyak yang kita makan? Kehendak Allah adalah supaya manusia hanya menerima Allah sendiri sebagai makanannya.

Doa: O Tuhan Yesus, Engkaulah makanan kami. Engkaulah hayat kami. Jika kami memakan Engkau, maka kami akan hidup oleh Engkau. Hiduplah bagi kami ya Tuhan. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*