II Korintus 2:12-13, “Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana. Tetapi hatiku (rohku) tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia.“
Manusia rohani juga masih memiliki pikiran. Hanya pikirannya tidak lagi liar seperti dahulu, melainkan bisa bekerja sama dengan roh. Kini pikirannya bukan lagi berupa alasan-alasan atau teori-teori yang menentang wahyu roh, bukan angan-angan rumit yang mengganggu ketenangan roh, bukan pula pikiran yang membangga-banggakan kebijaksanaan diri sendiri yang melawan inspirasi roh, melainkan yang bersetuju dengan roh untuk maju terus menempuh jalan rohani.
Bila dalam roh ada wahyu, ia segera dapat menerjemahkan makna wahyu tersebut. Bila roh merosot karena peperangan, ia akan menopang dan membantunya berperang, dan bila Roh Kudus ingin mengajarkan suatu kebenaran, ia pun dapat membantu roh untuk memahaminya. Roh berkuasa untuk menghentikan pikirannya, dan berkuasa pula untuk menyuruhnya berpikir.
Ketika Paulus tiba di Troas, ia mendapati bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pemberitaan Injil di sana, namun intuisi dalam rohnya tidak merasa tenang karena tidak menjumpai Titus di sana. Ketika rohnya tidak merasa tenang, pikirannya segera bersetuju dengan rohnya, tidak menentang apa yang dirasakan dalam rohnya. Pikirannya tidak berkata, “Di sini Tuhan telah membuka jalan untuk pemberitaan Injil, mengapa kesempatan yang luar biasa ini harus ditinggalkan hanya untuk berjumpa dengan Titus? Lebih penting pemberitaan Injil atau berjumpa dengan Titus? Lagi pula berjumpa dengan Titus bisa di lain kesempatan, mengapa harus sekarang?” Pikirannya tidak menentang dan mempertanyakan perasaan rohnya, tapi segera bersetuju dengan rohnya. Ia segera minta diri dan berangkat ke Makedonia untuk menjumpai Titus.
Pola pikir manusia yang telah jatuh adalah berdasarkan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Itu sebabnya pikiran kita selalu mempertimbangkan segala sesuatunya berdasarkan benar dan salah, baik dan jahat, bukan berdasarkan Kristus sebagai pohon hayat dalam roh kita. Itu sebabnya jika roh memberikan petunjuk yang “tidak cocok” dengan prinsip benar dan salah, kita menentangnya dan tidak mau melakukannya. Akhirnya kita hanya melakukan apa yang kita anggap benar dan baik menurut pandangan kita sendiri, bukan melakukan apa yang dinyatakan Roh Kudus dalam intuisi roh kita. Itu sebabnya manusia rohani adalah orang yang pikirannya telah takluk kepada roh dan bersatu dengan roh.
Doa: O Tuhan Yesus, jadikan kami manusia rohani yang pikirannya takluk kepada roh dan bersetuju dengan roh. Amin!