
Tuhan menginginkan kita percaya kepada Dia karena ketika kita percaya kepada-Nya, Dia dapat mulai bekerja menggenapi firman-Nya yang Dia berikan dalam Matius 6:24-34. Alasan mengapa banyak orang tidak mengalaminya adalah karena mereka tidak percaya kepada Dia. Iniilah yang terjadi dalam hidup kita jika kita percaya:
1. Jika kita percaya, segala kebutuhan kita akan tercukupi, bagaimana pun keadaannya.
Ayat 25-26
“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu , pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Ayat 30
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
Yesus mengatakan, alasan mengapa kebutuhan kita tidak tercukupi adalah karena ketidakpercayaan. Jika kita percaya, maka Allah akan mencukupi semua kebutuhan kita, dan bukan hanya itu, Dia juga akan mendandani kita lebih dari pada bunga bakung di ladang.
Burung saja yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung tidak kekurangan makanan, apalagi kita yang dapat bekerja dengan baik, tidak mungkin akan kekurangan makanan.
Kalau Tuhan memelihara burung di udara dan bunga bakung di ladang, Tuhan pasti memelihara hidup kita juga, bahkan lebih lagi karena di mata Tuhan kita lebih berharga dari pada burung di udara dan bunga di ladang.
Itulah yang harus kita percayai. Kita tidak akan kekurangan, karena Tuhan pasti mencukupi kita. Bapa di Sorga tahu apa yang kita butuhkan, Dia pasti mencukupinya, bagaimana pun keadaan kita, berapa pun penghasilan kita.
Bahkan kalau pun kita tidak memiliki sumber penghasilan, Dia tetap mampu mencukupi kebutuhan kita. Dialah yang menjadi sumber keuangan kita, sumber kehidupan dan sumber kekuatan kita. Dialah sumber segalanya bagi kita.
Akhir tahun 1999, saya memulai pelayanan penggembalaan dengan jemaat yang sangat sedikit dan sangat sederhana. Secara logika, kebutuhan saya dengan satu isteri dan dua anak (tahun 2000 anak yang kedua lahir) tidak akan tercukupi, tapi saya memutuskan untuk percaya kepada Tuhan sebagai sumber segalanya bagi saya dan keluarga.
Dan terbukti, Tuhan benar-benar mencukupi saya. Hidup saya tidak tergantung pada berapa jumlah jemaat saya dan seberapa kaya mereka, tetapi sepenuhnya bergantung kepada Tuhan. Saya belajar percaya dan mengalami terobosan keuangan.
Saya mengajarkan jemaat untuk belajar percaya juga dan mereka pun mengalami terobosan keuangan. Mereka tidak takut kekurangan dan mereka benar-benar tidak kekurangan. Sekarang ini Tuhan terus mendandani kami dengan berbagai hal yang baik karena kami terus percaya. Jika Anda mengambil keputusan untuk percaya juga, Anda akan mengalami hal yang sama.
2. Jika kita percaya kita akan memprioritaskan kerajaan Allah dan kebenaran-Nya lebih dari pada Mamon/uang (ayat 31-33).
“Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Mengapa ada banyak orang lebih memprioritaskan mencari uang lebih dari pada mencari Tuhan dan kebenaran-Nya? Karena mereka lebih percaya kepada uang dari pada kepada Tuhan. Mereka percaya uang dapat mencukupi kebutuhan mereka dan tidak percaya kalau Tuhan dapat mencukupi kebutuhan mereka. Mereka merasa uang lebih penting dari pada Tuhan.
Kalau mereka kekurangan uang mereka merasa resah dan gelisah, tapi jika mereka kekurangan Tuhan mereka tidak merasa apa-apa. Kekurangan uang adalah masalah besar bagi mereka, sementara kekurangan Tuhan bukanlah masalah bagi mereka.
Ini kekristenan yang jungkir-balik. Seharusnya kekurangan Tuhan adalah masalah besar bagi kita, dan kekurangan uang bukanlah masalah. Mungkin anda berkata saya terlalu fanatik atau kurang membumi, tapi saya hanya orang Kristen yang berusaha jujur terhadap Tuhan dan Alkitab.
Kita memang butuh uang tapi kita lebih butuh Tuhan. Uang memang penting tapi bukan yang terpenting. Uang bukan segalanya, Yesuslah segalanya. KITA BISA HIDUP TANPA UANG TAPI TAK BISA HIDUP TANPA TUHAN! Dengar hai orang Kristen yang sudah jungkir-balik! Berbaliklah kepada Tuhan dan Ia akan berbalik kepadamu! Engkau tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, engkau harus memilih mau mengabdi kepada Tuhan atau kepada Mamon.
Orang yang menyembah mamon akan fokus kepada penggenapan rencana Mamon. Orang yang menyembah Tuhan akan fokus terhadap penggenapan rencana Tuhan. Orang yang menyembah Mamon bergantung kepada uang untuk pemenuhan kebutuhannya, orang yang menyembah Tuhan bergantung kepada Tuhan untuk pemenuhan kebutuhannya.
Yang terjadi dalam hidup kita jika kita percaya, kita akan memprioritaskan Tuhan dan kebenarannya lebih dari pada mencari uang dan lain-lainnya.
3. Jika kita percaya kita akan mempersingkat kesusahan dan penderitaan dan bukan memperpanjangnya (ayat 34).
“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
I Korintus 10:13
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Mengapa banyak orang Kristen merasa kesusahan yang dialami melampaui kekuatannya? Karena Tuhan sudah menggariskan kesusahan sehari cukup untuk sehari. Masing-masing hari ada kesusahan yang berbeda. Tapi karena kekuatiran, kita memperpanjang kesusahan tersebut. Kesusahan hari ini terus kita bawa sampai esok hari, dan kesusahan hari esok, kita sudah tanggung hari ini sehingga yang seringkali terjadi adalah, hari ini kita menanggung kesusahan rangkap 3, yaitu kesusahan hari kemarin, hari ini, dan hari esok.
Bayangkan kalau itu terjadi selama bertahun-tahun, maka dalam 1 hari kita menanggung kesusahan bertahun-tahun, yaitu kesusahan yang sedang terjadi, yang sudah terjadi, dan yang akan terjadi (atau yang belum tentu terjadi). Jelas semuanya jadi terlalu berat, terasa melampui kekuatan kita. Jika kita percaya kita dapat mempersingkat atau memotong kesusahan. Kesusahan yang secara logika bisa berlangsung bertahun-tahun, kita potong sehingga berhenti di hari ini, karena kita percaya.
Bahkan jika kita percaya, kita juga dapat memotong kesusahan orang lain.
Bangsa Israel sedang mengalami kesusahan yang berkepanjangan. Waktu itu adalah hari ke 40, di mana mereka dicekam oleh ketakutan karena intimidasi Goliat. Tapi Daud datang, dan akhirnya mengalahkan Goliat. Hari itu, kesusahan seluruh bangsa berhenti. Bayangkan jika Daud tidak datang, entah berapa lama lagi kesusahan itu berlangsung. Tapi karena Daud percaya kepada nama Tuhan semesta alam, Dia mempersingkat kesusahan tersebut.
Yang terjadi dalam hidup kita jika kita percaya adalah kita akan mempersingkat kesusahan kita dan orang lain, bukan memperpanjangnya.
Baca juga: Menikmati Kemenangan yang Utuh dalam Hidup Kita.