PEMISAHAN JIWA DAN ROH –
PINTU UNTUK MENIKMATI PERHENTIAN

Ibrani 4:10-12, “Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, …. Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, …. Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.”

Dalam penciptaan, Allah memisahkan terang dari gelap dengan kuasa firman dan Roh-Nya. Sekarang, dengan firman dan dalam kuasa Roh Kudus, Allah juga akan bekerja di dalam kita untuk memisahkan roh dari jiwa. Firman akan bekerja seperti pedang yang tajam untuk membedakan tempat kediamaan Allah yang termulia (roh) dari perasaan manusia yang terhina (jiwa), sehingga jiwa dengan segala kekuatannya tidak lagi berani bertindak sendiri, melainkan tunduk dan bertindak menurut kehendak Roh Kudus yang dinyatakan dalam roh kita.

Kalau dulu para imam membelah korban dengan pisau, maka sekarang, Sang Imam Besar Agung, memisahkan roh dari jiwa kita dengan firman Allah. Dulu pedang para imam sangat tajam, mampu membelah korban, bahkan sendi-sendi dan sumsum yang melekat erat pun bisa terbelah juga. Kini firman Allah yang digunakan Tuhan Yesus lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, karena itu Ia dapat membedakan dan memisahkan roh dan jiwa yang melekat sangat erat itu.

Firman Allah itu hidup dan kuat, lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, itu sebabnya Ia dapat menusuk amat dalam sampai pada bagian yang terdalam dari bagian dalam (batin) kita, yaitu roh kita. Tusukannya ini melampaui jiwa dan mencapai roh. Ini berarti firman Allah akan memimpin kita memasuki bagian yang lebih dalam daripada perasaan-perasaan, yaitu ke dalam hayat roh yang kekal. Jika kita menginginkan kehidupan yang stabil di dalam Allah, kita harus memahami makna penusukan firman sampai ke dalam roh ini.

Hanya Roh Kuduslah yang dapat mengajar kita untuk memahami perbedaan hayat jiwa dan hayat roh. Setelah mengalami dan mengetahui perbedaan nilai keduanya, barulah kita mau terlepas dari hayat emosi yang ringan dan dangkal, untuk memperoleh hayat yang lebih berbobot, mantap, teguh, dan rohani. Pada tahap inilah kita bisa benar-benar menikmati perhentian. Hayat jiwa tak mungkin memberi perhentian kepada kita, namun hal ini harus diketahui melalui pengalaman. Jika hanya dimengerti dalam pikiran, itu hanya akan membuat kita lebih jiwani.

Doa: O Tuhan Yesus, tolong kami untuk memahami pengeratan firman yang memisahkan roh dan jiwa dalam hidup kami. Kami ingin terlepas dari hayat perasaan yang ringan dan dangkal untuk memperoleh hayat roh yang berbobot dan mantap, agar kami dapat memasuki hari perhentian di dalam Engkau. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*