Filipi 3:4 (VMD), “Walaupun aku punya alasan untuk menaruh kepercayaan kepada diri sendiri, aku masih belum percaya terhadap diri sendiri. Kalau ada orang yang mempunyai alasan percaya terhadap dirinya sendiri, ia harus tahu bahwa aku mempunyai lebih banyak alasan untuk mempercayai diri sendiri.“
Jika dahulu ada seorang yang dapat bermegah atas daging, itu adalah Paulus. Karena ia tidak bercacat cela dalam melakukan kebenaran hukum Taurat. Jika sekarang ada seorang yang dapat bermegah atas daging, itu juga adalah Paulus. Karena ia pernah melihat Tuhan, dan dipakai Tuhan secara luar biasa. Namun ia tidak mau bermegah atas daging, karena telah mengenal daging.
Paulus sangat jelas bahwa kebenaran dirinya yang dahulu ia megahkan, sekarang tidak lebih daripada sampah. Karena itu ia tidak berani bersandar kepada daging lagi. Walaupun Paulus memiliki banyak alasan untuk mempercayai dan mengandalkan dirinya sendiri, namun ia telah mengenal daging bahwa daging sama sekali tidak berguna dan tidak dapat diandalkan.
Filipi 3:12-13, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,….“
Jika ingin mencapai posisi rohani yang sempurna, kita harus memiliki pikiran seperti Paulus, yaitu tidak boleh menganggap kita telah memperoleh atau telah menangkapnya. Bahkan kita harus berpikir, “seolah-olah belum memperoleh apa-apa.” Sehingga kita tidak berani percaya pada diri sendiri dan berpuas diri, serta memegahkan diri. Jika tidak begitu, itu membuktikan bahwa kita masih mengandalkan daging. Kita harus melupakan semua kekayaan Kristus yang telah kita peroleh di belakang, agar kita bisa terus mengejar dan meraih kekayaan Kristus yang lebih melimpah di depan. Kita harus berlaku, “seolah-olah belum memperoleh apa-apa.” Dengan demikian, berapa tinggipun kemajuan yang telah dicapai, kita tidak akan menganggap diri sendiri lebih kuat daripada orang lain, dan tidak akan memegahkan diri sendiri.
Doa: Tuhan Yesus, betapapun banyak kemajuan yang telah kami capai di masa lalu, tolong kami untuk selalu berpikir bahwa kami belum memperolah apa-apa. Tolong kami untuk melupakan kemajuan yang telah kami capai di belakang, sehingga kami terus mengejar kemajuan yang lebih lagi di depan. Amin!