2 Samuel 22:1-4, “Daud mengatakan perkataan nyanyian ini kepada TUHAN pada waktu TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari cengkeraman Saul. Ia berkata: “Ya, TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan. Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku.“
Menyeru nama Tuhan dalam pujian adalah sesuatu yang indah dan luar biasa. Saat musuh mengelilinginya, Daud berseru kepada Tuhan dalam pujian: “O Tuhan, Engkaulah bukit batuku, kubu pertahanan dan penyelamatku. Ya Tuhan, Engkaulah Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung. Tuhanlah perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku. Engkaulah Tuhan juruselamatku. Amin!”
Ketika menyeru nama Tuhan dalam pujian, fokus perhatian kita tidak lagi tertuju kepada keadaan yang menekan, melainkan kepada Tuhan di dalam roh kita. Ketika kita memandang Tuhan, perasaan takut dan cemas pun akan berganti dengan damai sejahtera dan sukacita, karena kita menikmati Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan kita menikmati hidangan, yaitu Tuhan sendiri, di hadapan para lawan kita.
Mazmur 23:5-6, “Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.“
Doa: O Tuhan Yesus, kami menyeru nama-Mu dalam pujian. Engkaulah keselamatan, pertolongan, dan penghiburan kami. Engkaulah kenikmatan dan sukacita kami. Amin!