BAHAYA HIDUP SECARA JIWANI

Kehendak Allah adalah agar kita hidup dalam roh, bukan dalam jiwa atau tubuh. Jika kita tidak hidup dalam roh, kita akan menderita kerugian. Kita perlu melihat bahaya bila sebagai orang Kristen, kita terus hidup secara jiwani.

Pertama, roh kita akan tertekan. Semua pekerjaan Roh Kudus dilakukan di dalam dan melalui roh kita. Urutannya: Diawali dengan beroperasi di dalam roh, kemudian dengan terang menerangi pikiran (jiwa), dan terakhir dilaksanakan melalui tubuh. Urutan ini penting dan tidak boleh dilupakan.

Intuisi adalah fungsi roh yang dapat menangkap kegerakan dan pekerjaan Roh Kudus serta bekerja sama dengan-Nya di dalam roh kita. Intuisi adalah perasaan roh yang sangat halus dan sensitif, sehingga bila orang tidak belajar mengikuti dan memperhatikannya, ia tidak mudah dirasakan. Apalagi bila ia diganggu oleh pekerjaan hayat jiwa yang kasar dan kuat di luar. Perasaan-perasaan jiwa tidak saja bisa mengacaukan intuisi roh, bahkan dapat menekannya.

Bahaya kedua, kita bisa mundur ke dalam alam tubuh. Dalam daftar perbuatan daging (Gal. 5:19-21) tidak semua merupakan pekerjaan tubuh, ada pula pekerjaan jiwa seperti: perseteruan, perselisihan, perpecahan. Pekerjaan jiwa ini disejajarkan dengan perbuatan tubuh. Ini menunjukkan betapa eratnya jiwa dengan tubuh. Itu sebabnya jika kita terus bergerak secara jiwani, maka dengan mudah kita akan mundur ke dalam alam tubuh, dan jika sudah ditarik ke alam tubuh, maka kita bisa jatuh ke dalam dosa-dosa perbuatan tubuh. Kemenangan atas dosa yang telah dikerjakan Roh Kudus dalam hidup kita, bisa mentah lagi.

Bahaya ketiga adalah kita bisa diperalat oleh kuasa kegelapan. Yakobus 3:14-15 mengungkapkan dengan jelas tentang hubungan antara hayat jiwa dengan pekerjaan setan,

Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, … Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.

Kata nafsu manusia berasal dari kata psychikos, yang akar katanya adalah psuche (hayat jiwa). Jadi pekerjaan jiwa seperti iri hati dan mementingkan diri sendiri bukanlah hikmat Allah, melainkan hikmat yang duniawi, jiwani, dan setani. Hikmat seperti itu adalah hasil pekerjaan setan dalam jiwa manusia. Kebanyakan kita hanya mengetahui bahwa setan dapat menggoda kita untuk berbuat dosa, kita tidak mengetahui bahwa setan juga bisa memberikan pikiran-pikiran yang seperti hikmat Allah, namun sebenarnya sangat jiwani dan setani. Biarlah Tuhan menganugerahi dan menerangi kita semua.

Doa: Tuhan Yesus, belas kasihani kami untuk memahami semua ini. Angkat selubung dari hati kami ya Tuhan. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*