“Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom.” (Kejadian 13:11-12)
Mari kita gali lebih dalam kisah perpisahan Lot dengan Abram. Mengapa Lot mengalami rentetan nasib buruk setelah berpisah dari Abram? Bukankah perpisahannya dengan Abram merupakan campur tangan Tuhan, agar Abram bergantung hanya kepada Tuhan untuk memiliki keturunan?
Berdasarkan data yang diberikan oleh Alkitab, maka kita bisa menyimpulkan bahwa perpisahan bukanlah “faktor penentu” untuk Lot mengalami rentetan nasib buruk, melainkan hanya merupakan “faktor pemicu”.
Perpisahan itu memicu atau memaksa Lot untuk memilih sendiri tempat atau sasaran yang harus ia tuju. Dan di situlah terlihat jelas kualitas hidupnya yang buruk. Selama bersama Abram, ia hanya mengikuti ke mana Abram pergi. Abram yang memilih ke mana ia akan pergi, Abram yang memutuskan, bukan Lot.
Ketika tiba gilirannya untuk memilih dan memutuskan jalannya sendiri, maka Lot mengambil pilihan dan putusan yang salah. Ia memilih tanah Sodom yang jahat. Ia memilih bukan berdasarkan tuntunan ilahi, melainkan berdasarkan ambisinya untuk menjadi orang sukses. Ambisi telah membuat pandangannya kabur, ia melihat tanah Sodom seperti taman Tuhan, tapi juga seperti tanah Mesir (lambang dunia).
Jadi sebetulnya, bukan sejak ia berpisah dari Abram, melainkan setelah ia tinggal di tanah Sodom, maka ia mengalami rentetan peristiwa buruk dalam hidupnya. Inilah faktor penentunya. Seandainya saja ia memilih yang diperkenan oleh Tuhan, maka ia tetap akan mengalami penyertaan Tuhan dalam hidupnya.
Baca juga: Jangan Sembarang Berpisah