Warisan Pengenalan Akan Allah

Allah menyatakan diri-Nya kepada Musa, sebagai Allah ayahnya, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Lalu Dia berkata: “Itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan sebutan-Ku turun-temurun.” Artinya Allah ingin kita mengenal Dia seperti para bapa rohani kita mengenal-Nya. Ada warisan pengenalan akan Allah yang diwariskan.

Warisan Pengenalan Akan Allah
Warisan Pengenalan Akan Allah

Lagi Ia berfirman: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah (Keluaran 3:6).

Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun (Keluaran 3:15).

Pengenalan akan Allah adalah sebuah warisan. Pertama-tama Allah menyatakan diri kepada Abraham, lalu mengikat perjanjian dengannya. Allah memberkati, menyertai, melindungi, dan menggenapi janji-Nya kepada Abraham. Lalu Abraham mewariskan Allah yang dia kenal kepada anaknya Ishak.

Ishak mengenal Allah sebagaimana Abraham mengenalnya. Allah yang menyatakan diri kepada Abraham, sekarang menyatakan diri kepada Ishak. Allah yang sama mengikat perjanjian dengan Ishak. Allah yang sama sekarang memberkati, menyertai, melindungi, dan menggenapi janji-Nya kepada Ishak. Allah Abraham menjadi Allah Ishak.

Lalu Ishak mewariskan Allah yang dikenalnya kepada Yakub, sehingga Yakub mengenal Allah yang sama seperti yang dikenal oleh Abraham dan Ishak. Allah Abraham dan Ishak sekarang menjadi Allah Yakub. Begitu seterusnya diwariskan dan sekarang sampai kepada Musa.

Kalau kita perhatikan dari jaman Abraham sampai Musa, Allah terus mengalami pembesaran dalam kehidupan umat-Nya. Fakta sejarah membuktikan, saat pengenalan akan Allah gagal diwariskan oleh satu generasi, maka generasi yang di bawahnya akan kehilangan Allah.

“Setelah Yosua melepas bangsa itu pergi, maka pergilah orang Israel itu, masing-masing ke milik pusakanya, untuk memiliki negeri itu. Dan bangsa itu beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang telah melihat segenap perbuatan yang besar, yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel….

Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel. Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.

Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN” (Hakim-hakim 2:6-12).

Musa berhasil mewariskan Allah yang dikenalnya kepada Yosua, sehingga Allah Musa menjadi Allah Yosua. Yosua juga berhasil mewariskan Allah yang dikenalnya kepada generasi yang di bawahnya. Tapi generasi di bawah Yosua gagal mewariskan Allah Yosua kepada generasi yang di bawah mereka, sehingga mereka tidak mengenal Allah yang sama. Mereka kehilangan Allah dan mencari Allah lain untuk disembah. Mereka menyakiti hati Tuhan. Lalu kehidupan terus mengalami kemerosotan.

Dari fakta sejarah ini kita dapat mengambil kesimpulan: Kegagalan seorang bapa rohani mewariskan Allah kepada anak-cucunya akan mengakibatkan anak cucunya kehilangan Allah, dan saat mereka kehilangan Allah kehidupan mereka akan semakin merosot.

Hal yang sama terjadi dalam gereja. Jika kita melihat gereja mula-mula dalam kitab Kisah Para Rasul, gereja begitu penuh dengan Allah dan mengalami Allah. Para rasul berhasilkan mewariskan Allah kepada generasi yang di bawahnya, sehingga jemaat mengenal dan mengalami Allah yang sama seperti para Rasul.

Dalam Kisah Rasul 8 dikisahkan tentang Filipus, yang di gereja pusat, dipilih untuk melakukan pelayanan diakonia. Tetapi saat dia terdampar di Samaria dan berkhotbah, seluruh kota diguncangkan. Dia memiliki anugerah yang sama dengan para rasul karena dia mengenal Allah yang sama seperti yang dikenal oleh para rasul.

Allahnya para Rasul terus diwariskan sampai generasi tertentu. Tetapi sayang, satu generasi tertentu gagal mewariskan Allah para Rasul, sehingga gereja kehilangan Allah itu. Ibadah tetap berjalan, tetapi Allah yang dikenal gereja sekarang telah jauh berbeda dengan yang dikenal oleh para Rasul.

Gereja telah kehilangan Allah, sehingga mereka mencari Allah lain untuk disembah. Musik, fasilitas, dan profesionalisme telah berhasil menggantikan posisi Allah dalam gereja. Dan selalu, saat umat kehilangan “Allah yang dikenal oleh para bapa leluhur” kehidupan umat akan terus mengalami kemerosotan, dan mereka hanya mencari Allah yang benar pada saat ‘kepepet’ seperti yang tercatat dalam kitab hakim-hakim.

Karenanya saya percaya, Tuhan akan membangkitkan para bapa rohani. Tuhan akan menyatakan diri-Nya kepada mereka, mengikat perjanjian dengan mereka. Memberkati, menyertai dan melindungi mereka, serta menggenapi janji-janjiNya kepada mereka.

Para bapa rohani akan mengenal Allah yang benar, dan mereka akan mewariskan Allah yang mereka kenal dan alami itu kepada anak-anak rohani yang akan dibangkitkan Tuhan untuk mengikuti mereka. Sehingga Allah akan semakin besar dalam pemandangan umat-Nya, dan kehidupan umat akan terus naik dan bukan merosot.

Itulah kebenaran tentang warisan pengenalan akan Allah. Pengenalan akan Allah adalah sesuatu yang bisa diwariskan kepada anak-anak rohani, jadi miliki kerinduan untuk bisa mewarisi pengenalan akan Allah dari bapa kita.

DARI SELAMANYA SAMPAI SELAMANYA
KAU TETAP ALLAH YANG BESAR DAN DAHSYAT!

Baca pula: Aku adalah Aku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*