Kejadian 3:4-5 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, semua hal tentang yang baik dan yang jahat ditentukan oleh Allah sendiri, bukan oleh pengetahuan manusia. Jika Allah berkata ini baik, maka manusia juga mengatakan ini baik. Jika Allah berkata ini jahat, maka manusia juga berkata ini jahat. Misalnya, pohon pengetahuan dianggap tidak baik oleh manusia, karena dilarang oleh Allah. Itu sebabnya, sebelum kejatuhan, manusia merasa najis melihat pohon ini, sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya apalagi memakannya, Namun, ular berkata bahwa jika makan buah dari pohon ini, manusia akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat, sehingga bisa menentukan sendiri apakah sesuatu itu baik atau jahat, tanpa perlu bergantung kepada Allah.
Ketika menerima perkataan Iblis ini, pandangan manusia terhadap pohon pengetahuan itu berubah, menjadi terlihat baik untuk dimakan, sedap kelihatannya, dan menarik hati karena memberi pengertian. Jadi manusia sudah bisa menentukan baik dan jahat menurut pengetahuannya sendiri, yang sebetulnya berasal dari Iblis. Inilah yang menyebabkan manusia berani memakannya, walau pun mereka tahu bahwa ini akan melanggar perintah Allah. Mungkin mereka berpikir: “Ini kan baik, mengapa dilarang?”
Sejak saat itu, manusia menentukan baik dan jahat berdasarkan pandangan dan pengetahuannya sendiri, bukan berdasarkan penentuan Allah. Sejak saat itu pula, baik atau jahat bersifat sangat subyektif, karena jiwa telah menjadi ego. Masing-masing menentukan baik dan jahat menurut egonya sendiri. Itu sebabnya, yang menurut si A baik, belum tentu menurut si B baik. Sebaliknya, yang menurut si A jahat, bisa jadi menurut si B malah baik.
Setelah dilahirkan kembali, seharusnya kita tidak lagi menentukan tentang yang baik dan yang jahat menurut pengetahuan atau ego kita, melainkan berdasarkan hayat Allah dalam roh kita.
II Korintus 2:12-13 Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana. Tetapi hatiku (rohku) tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia.
Rasul Paulus tiba di Troas untuk memberitakan Injil yang sudah terbuka jalannya di sana. Namun, hayat di dalam rohnya berkata lain ketika ia tidak melihat Titus di sana. Lebih baik mana, memberitakan Injil atau menemui Titus? Secara pengetahuan, semua orang akan menjawab memberitakan Injil. Namun, rasul tidak hidup berdasarkan pengetahuan untuk menentukan mana yang baik dan mana yang jahat. Ia hidup berdasarkan hayat. Ketika hayat menentukan bahwa lebih baik ia menemui Titus, maka ia segera berangkat menemui Titus. Itulah manusia rohani!
Doa: O Tuhan Yesus, Engkaulah hayat kami yang menentukan baik dan jahat, benar dan salah dalam roh kami. Kami bergantung kepada-Mu ya Tuhan untuk perkara baik dan jahat. Amin!