Mazmur 131:1-2 …. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
Sorang yang pandai berdoa tidak hanya bisa mengkonsentrasikan pikirannya, tetapi juga bisa menenangkan pikirannya. Ini seperti tanda “sela” dalam Mazmur, yang menunjukkan suatu waktu tertentu untuk diam atau berhenti. Kita perlu melatih dan mengendalikan pikiran kita sedemikian rupa sehingga kita dapat berpikir, berhenti, berkonsentrasi, dan mendengarkan amanat, baru bisa berdoa.
Orang yang pikirannya tidak pernah berhenti, terus menggunakan pikirannya secara berlebihan akan mengalami kesulitan ketika ingin berdoa karena pikirannya tidak bisa tenang. Seringkali kita menggunakan pikiran tanpa henti sepanjang hari sehingga lelah. Roh ingin berdoa, tapi pikiran lelah dan tidak dapat digunakan. Karena itu, demi bisa berdoa, kita perlu sering menenangkan pikiran. Kita bukan hanya perlu menahan diri dari pikiran yang ngawur dan khayalan yang hampa, namun sekalipun kita telah menggunakan pikiran secara benar, kadang-kadang kita juga perlu berhenti menggunakan pikiran. Harus menyisihkan kekuatan pikiran untuk berdoa. Jika pikiran tidak dikendalikan dengan baik, pasti akan ada masalah dalam doa.
Doa: O Tuhan Yesus, kami tidak mau menggunakan pikiran secara berlebihan sehingga lelah. Kami ingin menenangkannya sehingga pikiran kami bisa digunakan untuk berdoa. Amin!