Kejadian 12:8, “Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN.“
Abraham, bapa orang beriman pun memiliki kebiasaan menyeru nama Tuhan. Ketika ia memasang kemahnya di antara Betel dan Ai, ia mendirikan mezbah bagi Tuhan dan menyeru nama Tuhan. Mendirikan kemah adalah untuk dirinya sendiri, sedang mendirikan mezbah adalah bagi Tuhan. Bagi dirinya sendiri, Abraham hanya membangun kemah (bersifat sementara), bukan rumah (bersifat menetap). Ini menunjukkan bahwa ia hanyalah seorang pelancong di dunia ini. Dunia ini bukan tempat tinggal yang tetap baginya.
Ibrani 11:9-10, “Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.“
Kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah adalah Yerusalem baru (Why 21:10-27). Inilah yang dirindukan oleh Abraham, itu sebabnya Abraham tidak pernah membangun rumah, apalagi kota, karena ia merindukan Yerusalem baru. Kota yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri.
Setiap kali Abraham mendirikan kemah, ia selalu membangun mezbah bagi Tuhan dan memanggil nama Tuhan. Mezbah adalah tempat mempersembahkan korban bagi Tuhan, bicara tentang persembahan diri bagi Tuhan. Setiap mempersembahkan diri, ia memanggil nama Tuhan. Persembahan diri selalu disertai dengan menyeru nama Tuhan.
Kita adalah pelancong di dunia ini. Dunia ini hanyalah tempat tinggal sementara bagi kita, yang kita rindukan adalah Yerusalem baru. Dalam perjalanan menuju Yerusalem baru, marilah kita melaksanakan kehidupan kemah dan mezbah, yaitu tidak hidup bagi dunia, tapi hidup bagi Allah dengan mempersembahkan diri dan menyeru nama Tuhan. Amin!
Doa: O Tuhan Yesus, kami adalah pelancong dalam dunia ini. Tolong kami untuk melaksanakan kehidupan kemah dan mezbah, yaitu tidak hidup bagi dunia, tapi hidup bagi Tuhan dengan mempersembahkan diri dan menyeru nama Tuhan. Amin!