Yohanes 12:24-25, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
Manusia sangat sulit memahami mengapa setelah Allah mengaruniakan hayat-Nya kepada kita, Ia menghendaki kita mengalami kematian bersama-Nya. Dengan kata lain, Ia menyuruh hayat-Nya sendiri untuk mengalami maut di dalam kita. Inilah hukum hayat Allah! Justru karena kita telah memiliki hayat Allah, ia menyuruh kita menyerahkan hayat jiwa ke dalam maut, karena dengan hayat Allah tersebut kita dapat melalui maut dan tetap hidup. Kematian seperti ini membuat kita kehilangan hayat jiwa, dan di sisi lain, membuat kita mendapatkan hayat Allah yang lebih kaya dan mulia dalam hayat kekal yang bangkit.
Tujuan Allah adalah supaya hayat-Nya yang ada di dalam kita mengalami maut bersama hayat jiwa kita, agar ketika hayat-Nya bangkit kembali, maka hayat jiwa kita pun dapat bangkit bersama-Nya dalam kebaruan, sehingga dapat menyalurkan hayat Allah lebih limpah kepada lebih banyak orang. Begitulah caranya kita mengalami kuasa kebangkitan Kristus, yang adalah hayat Allah di dalam kita.
Ini adalah pelajaran yang terdalam dan tertinggi dalam hayat rohani. Semoga Roh Kudus mewahyukan kepada kita mengenai perlunya kebangkitan, sehingga kita menyadari perlunya kematian. Semoga Roh Kudus menunjukkan kepada kita bahwa jika kita tidak membenci hayat alamiah kita sendiri dan menyerahkannya kepada maut, maka hayat rohani kita akan mengalami kerugian besar, dan kita tidak akan menghasilkan buah. Hanya bila hayat Allah dan hayat jiwa kita bersama-sama mengalami maut dan bangkit kembali, barulah kita bisa menghasilkan buah yang tetap, yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.
Doa: Tuhan Yesus, biarlah hayat jiwa kami mengalami kematian bersama hayat-Mu di dalam kami, sehingga kami bangkit dalam kebaruan dan menghasilkan buah yang tetap, yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Amin!