TEKAD MENGENDALIKAN KESEDIHAN

Lukas 24:15-17 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram.

Setelah kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, dua orang murid pergi menuju kampung yang bernama Emaus. Di tengah jalan mereka mempercakapkan tentang peristiwa kematian Yesus dengan hati yang sedih karena mereka tidak tahu kalau Tuhan Yesus sudah bangkit dari antara orang mati. Mereka sudah mendengar beritu itu tapi belum dapat mempercayainya karena belum melihatnya secara langsung. Ketika mereka sedang bercakap-cakap itu, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka lalu berjalan bersama-sama mereka dan ikut bercakap-cakap dengan mereka. Namun, Alkitab mencatat mereka tidak dapat mengenal Yesus karena ada sesuatu yang menghalangi mata mereka. Apakah yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat dan mengenali Tuhan Yesus? Kesedihan!

Seringkali kesedihan menghalangi mata kita untuk melihat dan mengenali Tuhan Yesus. Kita mungkin masih bercakap-cakap dengan Dia di dalam doa, tapi sesungguhnya mata kita tidak lagi tertuju kepada Dia, melainkan sepenuhnya tertuju kepada diri sendiri, kepada kesedihan karena mengasihani diri sendiri. Kita berdoa dengan roh mengasihani diri, bukan dengan roh iman, karena itu kita tidak bisa melihat tangan Tuhan di balik semua peristiwa buruk yang menimpa hidup kita.

I Tesalonika 4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.

Rasul menganjurkan agar jika ada orang yang kita kasihi meninggal, janganlah berdukacita secara berlebihan dan berlarut-larut seperti orang-orang yang tidak mempunyai pengharapan akan kebangkitan. Ini membutuhkan tekad yang terlatih untuk mengendalikan emosi. Seringkali kesedihan karena ditinggal oleh orang yang kita kasihi membuat kita tidak dapat berdoa atau bekerja bagi Tuhan. Sekalinya dapat berdoa dan bekerja, kita tidak dapat melihat dan mengenali Tuhan sehingga kehilangan roh iman. Bahkan ada yang membutuhkan waktu sampai tiga bulan untuk pemulihannya. Ini tidak wajar!

Kita harus melatih tekad untuk mengendalikan perasaan kesedihan yang membuat kita lemah. Tekad harus bangkit mengatasi, menaklukkan, dan mengontrol emosi. Setelah tekad mengontrol kesedihan, barulah kita dapat berdoa dan bekerja bagi Tuhan. Seorang pendoa adalah seorang yang melatih tekadnya sehingga tekadnya menjadi pemimpin yang mengontrol emosi dan pikirannya. Jika tekad tidak dilatih hingga mencapai taraf di mana keteguhan dan kelenturannya bisa saling bekerja sama, tidak mungkin ada pengendalian diri yang dapat mengatasi kesedihan sehingga kita dapat melihat Tuhan dalam semua peristiwa buruk yang menimpa hidup kita.

Doa: O Tuhan Yesus, seringkali kesedihan membuat kami tidak dapat berdoa dan bekerja bagi-Mu dengan roh iman. Tapi sejak hari ini kami ingin melatih tekad kami unttuk mengendalikan kesedihan, sehingga kami bisa terus berdoa dan bekerja bagi-Mu. Amin!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*