“Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:31–33)
Ada 4 prinsip yang harus kita pahami:
1. Kita selalu menguatirkan apa yang kita butuhkan dan inginkan.
2. Kita selalu memperkatakan apa yang kita butuhkan dan kita inginkan.
3. Kita selalu mencari apa yang kita butuhkan dan inginkan.
4. Kita selalu mengejar apa yang kita butuhkan dan inginkan.
Seringkali, kita selalu memikirkan akan kebutuhan dan keinginan kita. Jika kedua hal tersebut tidak terpenuhi, timbul rasa kuatir. Apa yang akan kumakan? Besok hari terakhir bayar uang sekolah anakku, uang dari mana? Seringkali itulah pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita, dan masih banyak pertanyaan lainnya yang muncul dan melemahkan kita. Perhatikan, apa yang paling kita kuatirkan, cari, dan kejar, itu menunjukkan apa yang paling kita butuhkan dan inginkan. Lalu, apa yang seharusnya kita kuatirkan, cari, dan kejar?
“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:7–14)
Perhatikan ayat 10: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.”
Yang paling Paulus butuhkan dan inginkan adalah Kristus, itu sebabnya dia mengejar-Nya sedemikian rupa. Kita harus mencapai level seperti Paulus, di mana kita tahu dan merasa bahwa yang paling kita butuhkan adalah Kristus, yang paling kita inginkan dan rindukan adalah Kristus sehingga yang paling kita kuatirkan, cari, dan kejar adalah Kristus. Lagi pula, dalam Injil Matius 6:33 dikatakan: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Berapa banyak orang Kristen yang berkata kepada Tuhan: “Tuhan, aku ingin ini, aku ingin itu,” seolah-olah mereka berkata kepada Tuhan: “Tuhan aku ingin segalanya yang ada di dunia kecuali Engkau.” Betapa sakit hati Tuhan dengan doa-doa orang Kristen yang seperti demikian. Mereka sebutkan semua kebutuhan mereka. Bukankah semua orang Kristen datang kepada Tuhan dengan 100 pokok doa dan semuanya bicara tentang kebutuhan mereka? “Tuhan, aku butuh uang sebulan sepuluh juta rupiah, aku butuh uang untuk beli makanan, aku butuh arloji karena arlojiku kemarin hilang, aku butuh uang untuk beli handphone, blablabla…” Namun, sayangnya tidak pernah berkata “Tuhan aku hanya butuh Engkau. Aku mau mengenal Engkau, mengenal kuasa kebangkitan-Mu, dan aku mau bersekutu dalam penderitaan-Mu.”
Mari kita berdoa supaya kebutuhan dan keinginan kita berubah, bukan memikirkan diri kita sendiri, melainkan hanya mencari dan mengejar Kristus saja, itulah pengejaran yang sejati, Amin!
Baca juga: Belajar Mengampuni dari Yusuf.